BATARA.NEWS

Ramai Karnaval Haul Mbah Brojoseti Singo Barong, Desa Dukuhseti jadi Sorotan Ribuan Mata

Batara.news

Pati, Batara.news | Meriahnya Acara Haul Mbah Brojo Musti Singo Barong, Acara ini berada di Desa Dukuhseti, tahun lalu sempat vakum adanya Pandemi Covid-19, kini kembali di meriahkan oleh masyarakat Dukuhseti.

Acara tersebut sudah menjadi tradisi Agenda tahunan yang rutin, yang digelar di Desa/Kecamatan Dukuhseti, Pati tersebut cukup menyita perhatian ribuan pasang mata. Mengingat, warga setempat sudah rindu akan kemeriahan pagelaran akbar tersebut.

Tampil sebagai pelopor Ahmad Rifa’i, Kades Dukuhseti yang memimpin gelar budaya tersebut menerangkan, peserta karnaval mencapai 24 kelompok peserta, yang terdiri dari ribuan warga setempat.

Karnaval haul Mbah singo barong di desa Dukuhseti

“Ini adalah bentuk syukur warga kami. Tadi sebanyak 24 peserta menampilkan grup marching band maupun tongtek. Jumlah ini sudah dibatasi, karena karnaval ini baru saja dimulai pasca pandemi. Apabila tidak dibatasi, dikhawatirkan peserta membludak dan akan memakan waktu cukup lama,” terangnya, Minggu (09/10/2022).

Ribuan warga tampak tumpah ruah memenuhi jalan sepanjang Desa Dukuhseti. Bahkan, jalan raya Tayu-Puncel itupun tak terhindar dari kemacetan karena meriahnya gelar budaya itu.

“Dan ini akan menjadi bahan evaluasi untuk penyelenggaraan karnaval tahun depan. Karena rutenya yang lurus dan banyaknya peserta mengakibatkan peserta susah melintas saat bersimpangan. Sehingga tadi mengakibatkan agak macet,” sebut Rifa’i.

Dalam karnaval tersebut, Ahmad Rifa’i menjelaskan bahwa para peserta menempuh jarak kurang lebih sejauh 3 kilometer. Peserta menempuh rute dengan berjalan kaki sepanjang jalan raya Tayu-Puncel.

Kendati demikian, dirinya sangat bersyukur acara pagelaran yang meriah tersebut bisa kembali diselenggarakan dalam suasana kondusif. Pihaknya bersyukur karnaval tahunan ini berjalan aman dan bisa mengobati kerinduan masyarakat.

Untuk diketahui, acara Haul Mbah Brojoseti Singo Barong dilaksanakan setiap tanggal 13 Maulid. Dalam cerita sejarah, Mbah Brojo Seti Singo Barong pada awal abad ke-18 merupakan penyebar agama Islam di wilayah Pati Utara sekaligus pendiri Desa/Kecamatan Dukuhseti. Beliau adalah murid dari KH Ahmad Mutamakin Kajen waliyullah yang masyur di Nusantara.

/Rd/Dw

Meriahnya Acara Grebeg Meron di Sukolilo Pati, Sudah menjadi Budaya Tersendiri Yang Lestari Hingga Kini

Batara.news

Pati– Batara.news| warga Sukolilo Rayakan hari besar Maulid Nabi Muhammad SAW dengan acara perayaan Meron, Acara meriah ini sudah menjadi budaya tersendiri oleh warga Sukolilo dalam memeriahkanya setahun sekali bertepatan dengan bulan Maulid. (9/10/2022).

Purwito, Panitia grebek Meron menjelaskan asalmu asalnya ada tradisi Meronan di Sukolilo, ” ya jadi begini asal usul grebek Meron yang saat ini sudah menjadi tradisi budaya warga Sukolilo,” terang Purwito untuk menjelaskan asal usul grebek Meronan.

Menurutnya Konon, budaya meron tersebut mengikuti tradisi grebeg Sekaten, yang dilakukan oleh Keraton Surakarta dan Keraton Yogjakarta. namun tradisi meron memiliki corak khasnya tersendiri, yakni selain sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, tradisi ini juga menjadi wahana hiburan tersendiri bagi masyarakat sekitar.

Meriahnya Acara Grebeg Meron di Sukolilo Pati

Selain itu, tujuan diselenggarakannya tradisi meron ini tidak lain sebagai wujud syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan rizki kepada masyarakat Sukolilo khususnya, Sekaligus sebagai bentuk promosi pariwisata bagi masyarakat Sukolilo, Pati.

Adapun Makna Meron memiliki arti gunungan, Sedangkan dalam bahasa Jawa kuno, meron berasal dari kata meron yang artinya perang, hal ini dikarenakan pada zaman dahulu meron diadakan saat situasi perang, Selain itu, ada juga yang menyebutnya dengan merhon atau diartikan “emper” (serambi). Karena sebelum diarak, meron dipajang terlebih dahulu di emper rumah kediaman pemiliknya, dari semua perangkat desa Desa Sukolililo,

Sedangkan menurut empunya, pengertian meron diambil dari bahasa Kawi “meru” yang berarti gunungan. Lalu meron dari bahasa Jawa kuno “meron” berarti mengamuk, artinya tradisi ini memperingati peristiwa perang Mataram-Pati.

Istilah meron juga disebut berasal daro bahasa Arab “Mi’roj”, artinya meninggi (gunungan yang meninggi). Kemudian meron dari Kereta Basa “Me-ron”, “Rame Tiron-tiron”.

Biasanya acara meron yang ada di Kecamatan Sukolilo Pati tidak hanya diisi dengan pagelaran kirab. Ada juga peringatan kematian atau haul Pendowo Limo (sebutan pendiri Desa Sukolilo). sehingga banyak persiapan yang perlu dilakukan.

Dalam menyiapkan pembuatan meron ini setidaknya memakan waktu sekitar 36 hari yang meliputi proses pembuatan ancak, mustaka, dan umbul-umbul. Adapun seminggu sebelum perayaan, hiasan berupa ayam jago dan mushalla (tergantung mana yang dibuat menurut adat) baru akan dibuat. Sedangkan pada malam tirakatan, akan dibuat aksesoris meron berupa kertas, umbul-umbul, janur, dan sebagainya di siang hari.

Lalu pada waktu maghrib, dilangsungkannya arak-arakan Barongan, Barongsai, Naga Liong, atau sekedar mengarak boneka besar dengan iringan musik dangdut.

Dalam pengertiannya sejarah Meron
Tradisi meron diperkirakan ada sejak awal abad ke-17 pasca pasukan Mataram menyerang Kabupaten Pati. Kala itu pasukan yang dipimpin Kanjeng Raden Tumenggung Cinde Among, Kanjeng Tumenggung Raja Meladi, Kanjeng Raden Tumenggung Candang Lawe, dan Kanjeng Raden Tumenggung Samirono gagal mengalahkan Adipati Pragola I. Sehingga pasukan ini melakukan perjalanan pulang dari Pati ke Mataram.

Saat itu pasukan tersebut melewati Desa Sukolilo, kampung halaman seorang Juru Srati gajah Kerajaan Mataram bernama Raden Ngabei Suro Kadam. Ketika perang Mataram dan Pati berlangsung, Suro Kadam ditugasi Panembahan Senapati sebagai Juru Telik Sandi.

Pasukan Mataram lalu memilih menetap di Desa Sukolilo setelah meninggalnya Adipati Pragolo I tahun 1600 M. Pasukan ini bermaksud berjaga-jaga apabila nantinya Pati melakukan serangan balik terhadap Mataram.

Pada masa itu pemerintahan Sukolilo masih berbentuk Kademangan dibawah kekuasaan Adipati Pragola I yang dipegang Suro Kerto, adiknya Raden Ngabei Suro Kadam. Orang inilah yang memberikan izin pasukan Mataram untuk menetap di Sukolilo hingga masa Kanjeng Raden Tumenggung Cinde Among Wafat di sana.

Rupanya menetapnya pasukan Mataram di Sukolilo itu bertepatan dengan bulan Maulid. Sedangkan pada tanggal 12 Maulid tahun Saka, di keratin Mataram tengah melaksanakan prosesi Sekaten. Mengingat pasukan Mataram yang masih trah dari Kusuma keratin sana, merasa harus melakukan tradisi Sekaten meski di daerah orang. Akhirnya pihak dalem keraton Mataram yang dipegang oleh Raja Hanyakrawati mengijinkan perayaan serupa Sekatenan meskipun pelaksanaan dilakukan sehari setelah Sekatenan.

Meski hampir memiliki kesamaan, prosesi meron ini memiliki perbedaan yang khas dari prosesi Sekatenan. Pada tradisi Meron, menggunakan nasi karak (nasi sisa yang dikeringkan) dan dibuat memanjang seperti pita disatukan dengan tali. Kemudian rencek atau nasi karak ini disusun meninggi seperti gunungan.

Sedangakan Tradisi Meron Selalu diperingati Setiap bulan Maulid Nabi muhammad SAW,Agar nantinya Desa Sulolilo tetap Tidak ada damak buruk atau bencana alam yang di inginkan oleh warga Sukolilo, ringkas cerita asal-usul grebeg Meron oleh Purwito panitia penyelenggara Meron.

/Nur

Meriahnya Acara Grebeg Meron di Sukolilo Pati, Sudah menjadi Budaya Tersendiri Yang Lestari Hingga Kini

Batara.news

Pati– Batara.news| warga Sukolilo Rayakan hari besar Maulid Nabi Muhammad SAW dengan acara perayaan Meron, Acara meriah ini sudah menjadi budaya tersendiri oleh warga Sukolilo dalam memeriahkanya setahun sekali bertepatan dengan bulan Maulid. (9/10/2022).

Purwito, Panitia grebek Meron menjelaskan asalmu asalnya ada tradisi Meronan di Sukolilo, ” ya jadi begini asal usul grebek Meron yang saat ini sudah menjadi tradisi budaya warga Sukolilo,” terang Purwito untuk menjelaskan asal usul grebek Meronan.

Menurutnya Konon, budaya meron tersebut mengikuti tradisi grebeg Sekaten, yang dilakukan oleh Keraton Surakarta dan Keraton Yogjakarta. namun tradisi meron memiliki corak khasnya tersendiri, yakni selain sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, tradisi ini juga menjadi wahana hiburan tersendiri bagi masyarakat sekitar.

Meriahnya Acara Grebeg Meron di Sukolilo Pati

Selain itu, tujuan diselenggarakannya tradisi meron ini tidak lain sebagai wujud syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan rizki kepada masyarakat Sukolilo khususnya, Sekaligus sebagai bentuk promosi pariwisata bagi masyarakat Sukolilo, Pati.

Adapun Makna Meron memiliki arti gunungan, Sedangkan dalam bahasa Jawa kuno, meron berasal dari kata meron yang artinya perang, hal ini dikarenakan pada zaman dahulu meron diadakan saat situasi perang, Selain itu, ada juga yang menyebutnya dengan merhon atau diartikan “emper” (serambi). Karena sebelum diarak, meron dipajang terlebih dahulu di emper rumah kediaman pemiliknya, dari semua perangkat desa Desa Sukolililo,

Sedangkan menurut empunya, pengertian meron diambil dari bahasa Kawi “meru” yang berarti gunungan. Lalu meron dari bahasa Jawa kuno “meron” berarti mengamuk, artinya tradisi ini memperingati peristiwa perang Mataram-Pati.

Istilah meron juga disebut berasal daro bahasa Arab “Mi’roj”, artinya meninggi (gunungan yang meninggi). Kemudian meron dari Kereta Basa “Me-ron”, “Rame Tiron-tiron”.

Biasanya acara meron yang ada di Kecamatan Sukolilo Pati tidak hanya diisi dengan pagelaran kirab. Ada juga peringatan kematian atau haul Pendowo Limo (sebutan pendiri Desa Sukolilo). sehingga banyak persiapan yang perlu dilakukan.

Dalam menyiapkan pembuatan meron ini setidaknya memakan waktu sekitar 36 hari yang meliputi proses pembuatan ancak, mustaka, dan umbul-umbul. Adapun seminggu sebelum perayaan, hiasan berupa ayam jago dan mushalla (tergantung mana yang dibuat menurut adat) baru akan dibuat. Sedangkan pada malam tirakatan, akan dibuat aksesoris meron berupa kertas, umbul-umbul, janur, dan sebagainya di siang hari.

Lalu pada waktu maghrib, dilangsungkannya arak-arakan Barongan, Barongsai, Naga Liong, atau sekedar mengarak boneka besar dengan iringan musik dangdut.

Dalam pengertiannya sejarah Meron
Tradisi meron diperkirakan ada sejak awal abad ke-17 pasca pasukan Mataram menyerang Kabupaten Pati. Kala itu pasukan yang dipimpin Kanjeng Raden Tumenggung Cinde Among, Kanjeng Tumenggung Raja Meladi, Kanjeng Raden Tumenggung Candang Lawe, dan Kanjeng Raden Tumenggung Samirono gagal mengalahkan Adipati Pragola I. Sehingga pasukan ini melakukan perjalanan pulang dari Pati ke Mataram.

Saat itu pasukan tersebut melewati Desa Sukolilo, kampung halaman seorang Juru Srati gajah Kerajaan Mataram bernama Raden Ngabei Suro Kadam. Ketika perang Mataram dan Pati berlangsung, Suro Kadam ditugasi Panembahan Senapati sebagai Juru Telik Sandi.

Pasukan Mataram lalu memilih menetap di Desa Sukolilo setelah meninggalnya Adipati Pragolo I tahun 1600 M. Pasukan ini bermaksud berjaga-jaga apabila nantinya Pati melakukan serangan balik terhadap Mataram.

Pada masa itu pemerintahan Sukolilo masih berbentuk Kademangan dibawah kekuasaan Adipati Pragola I yang dipegang Suro Kerto, adiknya Raden Ngabei Suro Kadam. Orang inilah yang memberikan izin pasukan Mataram untuk menetap di Sukolilo hingga masa Kanjeng Raden Tumenggung Cinde Among Wafat di sana.

Rupanya menetapnya pasukan Mataram di Sukolilo itu bertepatan dengan bulan Maulid. Sedangkan pada tanggal 12 Maulid tahun Saka, di keratin Mataram tengah melaksanakan prosesi Sekaten. Mengingat pasukan Mataram yang masih trah dari Kusuma keratin sana, merasa harus melakukan tradisi Sekaten meski di daerah orang. Akhirnya pihak dalem keraton Mataram yang dipegang oleh Raja Hanyakrawati mengijinkan perayaan serupa Sekatenan meskipun pelaksanaan dilakukan sehari setelah Sekatenan.

Meski hampir memiliki kesamaan, prosesi meron ini memiliki perbedaan yang khas dari prosesi Sekatenan. Pada tradisi Meron, menggunakan nasi karak (nasi sisa yang dikeringkan) dan dibuat memanjang seperti pita disatukan dengan tali. Kemudian rencek atau nasi karak ini disusun meninggi seperti gunungan.

Sedangakan Tradisi Meron Selalu diperingati Setiap bulan Maulid Nabi muhammad SAW,Agar nantinya Desa Sulolilo tetap Tidak ada damak buruk atau bencana alam yang di inginkan oleh warga Sukolilo, ringkas cerita asal-usul grebeg Meron oleh Purwito panitia penyelenggara Meron.

/Nur

Forkopimda Rembang Ikut Memeriahkan Puncak HUT ke-77 TNI

Batara.news

Rembang,Batara.News – Puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 TNI yang bertema “ TNI Adalah Kita” yang digelar di Makodim 0720/Rembang, Minggu (9/10/2022).


Acara berlangsung dengan meriah dengan berbagai macam kegiatan yang meliputi senam bersama, jalan santai, Ngontel Sepeda tua bareng Forkopimda Rembang yang diikuti prajurit dan masyarakat, dan panggung prajurit.

Bupati Rembang Abdul Hafidz, S.Pd.I mengatakan bahwa Ia bersyukur atas perjuangan para pahlawan kemerdekaan khususnya para pahlawan Tentara Nasional Indonesia.

“Sehingga kita dapat menikmati dan menjaga serta mempertahankan kemerdekaan ini dengan kehidupan yang damai dan tentram,” tambahnya.

Forkopimda Rembang Ikut Memeriahkan Puncak HUT ke-77 TNI

Selain itu, HUT TNI ke- 77 tahun 2022 ini untuk mewujudkan kebersamaan kerjasama antara Pemerintah dengan TNI, Polri serta semua elemen masyarakat dalam bersinergi membangun bangsa dan negara.

“Selamat dan Dirgahayu TNI ke- 77 tahun 2022 semoga senantiasa tetap menjaga masyarakat, bangsa dan negara yang kita cintai ini,” pungkasnya.

Dandim 0720/Rembang Letkol Czi Parlindungan Simanjuntak,S.Sos. M.Si mengatakan sangat terimakasih kepada tamu undangan yang telah hadir dalam puncak acara HUT ke 77 TNI. Pada HUT ke 77 TNI dengan Tema “TNI adalah Kita” pihaknya tetap mengupayakan tugas pokok TNI dan membantu masyarakat.

“Pada usia yang ke 77 TNI kami Kodim 0720/Rembang sesuai dengan instruksi pimpinan Panglima TNI sebagaimana dalam melaksanakan tugas pokok, kami sebagai satuan teritorial senantiasa melaksanakan kegiatan yang membantu masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Dandim mengharapkan kerja sama dan kolaborasi dengan Polri, Pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga kedaulatan NKRI khususnya memajukan kabupaten Rembang (Pendim 0720/Rembang).

/Moel/Syaefudin.

Forkopimda Rembang Ikut Memeriahkan Puncak HUT ke-77 TNI

Batara.news

Rembang,Batara.News – Puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 TNI yang bertema “ TNI Adalah Kita” yang digelar di Makodim 0720/Rembang, Minggu (9/10/2022).


Acara berlangsung dengan meriah dengan berbagai macam kegiatan yang meliputi senam bersama, jalan santai, Ngontel Sepeda tua bareng Forkopimda Rembang yang diikuti prajurit dan masyarakat, dan panggung prajurit.

Bupati Rembang Abdul Hafidz, S.Pd.I mengatakan bahwa Ia bersyukur atas perjuangan para pahlawan kemerdekaan khususnya para pahlawan Tentara Nasional Indonesia.

“Sehingga kita dapat menikmati dan menjaga serta mempertahankan kemerdekaan ini dengan kehidupan yang damai dan tentram,” tambahnya.

Forkopimda Rembang Ikut Memeriahkan Puncak HUT ke-77 TNI

Selain itu, HUT TNI ke- 77 tahun 2022 ini untuk mewujudkan kebersamaan kerjasama antara Pemerintah dengan TNI, Polri serta semua elemen masyarakat dalam bersinergi membangun bangsa dan negara.

“Selamat dan Dirgahayu TNI ke- 77 tahun 2022 semoga senantiasa tetap menjaga masyarakat, bangsa dan negara yang kita cintai ini,” pungkasnya.

Dandim 0720/Rembang Letkol Czi Parlindungan Simanjuntak,S.Sos. M.Si mengatakan sangat terimakasih kepada tamu undangan yang telah hadir dalam puncak acara HUT ke 77 TNI. Pada HUT ke 77 TNI dengan Tema “TNI adalah Kita” pihaknya tetap mengupayakan tugas pokok TNI dan membantu masyarakat.

“Pada usia yang ke 77 TNI kami Kodim 0720/Rembang sesuai dengan instruksi pimpinan Panglima TNI sebagaimana dalam melaksanakan tugas pokok, kami sebagai satuan teritorial senantiasa melaksanakan kegiatan yang membantu masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Dandim mengharapkan kerja sama dan kolaborasi dengan Polri, Pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga kedaulatan NKRI khususnya memajukan kabupaten Rembang (Pendim 0720/Rembang).

/Moel/Syaefudin.

Peduli Kesulitan Masyarakatnya, Ketua Persit KCK Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro berikan Bantuan Untuk Masyarakat Terdampak Banjir

Batara.news

Cilacap – Peduli kemanusiaan khususnya bagi warga masyarakat terdampak bencana alam banjir di wilayah Kawunganten Cilacap, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro Ny. Natania Yudha Airlangga berikan bantuan kepada warga masyarakat yang terdampak bencana alam banjir.

Kepedulian Persit Koorcab Rem 071 tersebut, saat Ny. Natania Yudha Airlangga mendampingi Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf Yudha Airlangga, S.E , meninjau situasi dan kondisi terkini banjir di Desa Bojong dan Desa Jalijeruk Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap, Sabtu (8/10/2022).

Ny. Natania selain memberikan bantuannya, juga turut serta mendampingi Danrem 071/Wijayakusuma meninjau lokasi warga masyarakat yang terdampak banjir tersebut, dengan menggunakan LCR yang ditumpangi bersama Danrem, Bupati Cilacap, Kepala BPBD Cilacap, Kadinsos Cilacap, Dandim Cilacap dan Ketua Persit Cabang Cilacap.

Ketua Persit KCK Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro berikan Bantuan Untuk Masyarakat Terdampak Banjir

Banjir yang melanda Kawunganten akibat adanya intensitas hujan yang tinggi yang terjadi Jumat hingga Sabtu dini hari ini, mengakibatkan meluapnya sungai sehingga mengakibatkan banjir dan menggenangi pemukiman warga serta akses jalan desa.

Hingga saat ini, kondisi luapan air masih menggenangi pemukiman dan akses jalan menuju Desa Bojong dan Desa Jalijeruk yang berjarak kurang lebih 10 Km dari pusat Kota Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap.

Ny. Natania mengatakan, kedatangannya ke lokasi banjir ini untuk mengetahui kondisi baik warga masyarakatnya maupun situasi lingkungan masyarakatnya akibat bencana banjir yang melanda. Selain itu, untuk memberikan bantuan baik makanan maupun perlengkapan yang dibutuhkan warga masyarakat baik pakaian maupun perlengkapan lainnya.

Terkait hal itu, Ny. Natania mengungkapkan, bantuan tersebut wujud kepedulian Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro akan kesulitan yang dialami masyarakatnya tersebut.

“Sebagai anggota Persit sudah sepatutnya kita dapat membantu apa yang dialami masyarakat kita, setitik bantuan semoga dapat bermanfaat untuk membantu kesulitan masyarakat”, pungkasnya.

/red

Gerak Cepat, Danrem 071/Wijayakusuma Atasi Banjir Kawunganten Cilacap

Batara.news

Cilacap – Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf Yudha Airlangga, S.E., gerak cepat atasi banjir yang melanda masyarakat dengan mengecek dan meninjau situasi dan kondisi banjir di wilayah Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap, Sabtu (8/10/2022).

Pengecekan ke lokasi terdampak banjir didampingi Bupati Cilacap H.Tatto Suwarto beserta Dandim 0703/Cilacap Letkol Inf Andi Afandi, Ka BPBD Cilacap Drs.Wujonardi,M.M., Kadinsos Cilacap Arida Puji Astuti dan turut serta Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro Ny. Natania Yudha Airlangga dan Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XVIII Dim 0703/Cilacap Ny.Ninda Andi Afandi.

Gerak Cepat, Danrem 071/Wijayakusuma Atasi Banjir Kawunganten Cilacap

Dengan menggunakan LCR dari BPBD Cilacap, Danrem 071/Wijayakusuma bersama Bupati Cilacap, Dandim Cilacap, Ka BPBD Cilacap, Kadinsos Cilacap dan Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 071 dan Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XVIII Dim 0703/Cilacap, mengecek dan meninjau secara langsung situasi dan kondisi masyarakat terdampak banjir di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap.

Puluhan warga masyarakat terdampak banjir akibat intensitas hujan yang tinggi dari siang kemarin Jumat (7/10/2022) hingga pagi hari Sabtu (80/10/2022) mengakibatkan sungai Jakadenda yang ada di desa tersebut meluap dan menggenangi pemukiman warga serta akses jalan masuk desa tergenang air setinggi kurang lebih 2 meter. Puluhan warga Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap mengungsi ke tetangga desa dengan menggunakan sarana yang ada sebelum bantuan baik dari Kodim Cilacap, Pemkab Cilacap dan BPBD Cilacap datang. Hingga ditinjaunya Danrem dan Bupati Cilacap, masih ada sekitar 27 kepala keluarga yang tidak mengungsi.

Tinjauannya ke lokasi terdampak banjir tersebut, selain melihat secara langsung situasi dan kondisi sebenarnya baik kondisi masyarakat, sarana prasarana dalam penanggulangan bencana dan logistiknya, Danrem 071/Wijayakusuma menyerahkan bantuan logistik kepada BPBD Camat Kawunganten serta menyerahkan bantuan logistik langsung kepada masyarakat di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap yang belum mengungsi.

Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf Yudha Airlangga, S.E., dalam jumpa persnya mengatakan kedatangannya dilokasi banjir ini selain untuk mengecek secara langsung kondisi dan situasi masyarakat dan melihat sejauh mana penanganan bencana banjir ini, juga untuk membantu kesulitan masyarakatnya yang terdampak banjir.

Kami dari Korem 071 kemudian Kodim Cilacap, Polsek, Pemda, Bpbd, Tagana dan komunitas Jib yang akan mencapai wilayah yang cukup jauh dan terpelosok sehingga membutuhkan kendaraan khusus untuk membantu masyarakat. Kedatangan kami untuk melihat sejauh mana situasi dan kondisi khususnya masyarakatnya yang terdampak banjir, selain itu juga untuk mengetahui situasi dan kondisi terupdate saat ini dilapangan”, paparnya.

Dikatakan mantan Dansat-81/Gultor itu, sebagai bentuk dan wujud kepedulian terhadap masyarakat yang terdampak, Korem 071/Wijayakusuma memberikan bantuan berupa beras, sembako dan perlangkapan baju ganti anak-anak ataupun ibu-ibu. Bantuan tersebut, dengan berkolaberasi bersama Pemda Cilacap untuk membantu masyarakat sekitarnya.

Sementara itu, Bupati Cilacap H.Tatto Suwarto menyampaikan apresiasinya atas dilakukannya gerak cepat oleh Danrem 071/Wijayakusuma dalam penanganan dan penanggulangan bencana alam banjir tersebut.

“Terimakasih kepada Danrem 071/Wijatakusuma yang telah bergerak cepat dan sigap turun kelapangan”, ungkapnya.

“Cilacap merupakan mall nya bencana alam, banjir diwilayah Cilacap hampir terjadi setiap tahunnya. Maka mau tidak mau kita harus siap menghadapi hal ini. Tapi kali ini, lebih parah, karena adanya penebangan hutan yang tidak dibarengi dengan reboisasi atau penghijauan kembali”, tuturnya.

Bupati juga menghimbau Perhutani agar penebangan hutan harus dibarengi dengan penanaman pohon kembali agar tidak terjadi bencana banjir seperti saat ini”, terangnya.

Dikatakan Bupati, mitigasi bencana banjir ini dalam penanggulangannya akan melakukan perbantuan kepada masyarakatnya yang terdampak banjir dengan membantu masyarakat untuk mengungsi, selain itu bantuan logistik baik makanan maupun perlengkapan pakaian dan selimut, obat-obatan dan juga akan mendatangkan tenaga kesehatan serta dibuatkannya dapur umum.

Kadinsos Cilacap mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan tempat pengungsian dan 6 dapur umum bagi para warga masyarakat terdampak banjir. Dikatakan, untuk bantuan logistik sesuai kebutuhan yakni sekitar 2.500 orang yang mengungsi di wilayah Desa terdampak di Kecamatan Kawunganten ini, dan hingga saat ini warga yang mengungsi ditempatkan di balai desa Kawunganten Kidul dan di tempat Kades Kawunganten Lor bagi masyarakat Desa Kawunganten Lor.

/red

Semangati Generasi Mudanya, Persit KCK Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro Turut Kirab Merah Putih Pekalongan

Batara.news

Pekalongan – Persit Kartika Chandra Kirana sebagai bagian dari generasi muda bangsa yang nota bene sebagai istri prajurit TNI AD, guna menyemangati para generasi muda bangsa turut andil berpartisipasi dalam kirab merah putih yang diselenggarakan ulama, tokoh agama dan masyarakat Kota Pekalongan. Jumat (7/10/2022).

Kirab merah putih yang digelar tersebut merupakan inisiasi sendiri dari para ulama, tokoh agama dan masyarakat setempat sebagai sarana menggaungkan kembali semangat nasionalisme masyarakat Kota Pekalongan khususnya dan masyarakat bangsa Indonesia umumnya. Disamping itu, kirab merah putih tersebut juga sebagai wahana untuk mempererat dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI serta untuk memperingati HUT TNI Ke-77.

Semangati Generasi Mudanya, Persit KCK Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro Turut Kirab Merah Putih Pekalongan

Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro Ny. Natania Yudha Airlangga pada kesempatan tersebut usai mengikuti kirab merah putih mengatakan, keikutsertaannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini sebagai wahana kita untuk turut serta menanamkan nilai-nilai dan jiwa nasionalisme khususnya kepada para anggota Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 071 PD IV/Diponegoro, agar dalam berkehidupannya senantiasa sesuai norma-norma kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Disamping itu, untuk menguatkan rasa cintanya kepada bangsa dan tanah airnya, dan mencintai dan mendampingi suami sebagai prajurit dengan tulus dan ikhlas untuk mendukung tugas sebagai prajurit TNI.

Ny. Natania juga mengatakan, keikutsertaannya dalam kirab merah putih ini, sebagai wahana kita memperkenalkan diri bahwa disisi seorang prajurit ada pendamping setianya yakni seorang anggota Persit yang dalam tugasnya mendampingi suami dan mendukung setiap tugas yang diemban suami sebagai prajurit TNI AD.

Dengan kirab merah putih ini, diharapkan segenap lapisan masyarakat khususnya di Kota Pekalongan dapat selalu terpatri jiwa nasionalismenya dan senantiasa saling bekerjasama satu sama, solid dan bersinergi untuk mempererat dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa diwilayah demi tetap tegak kokohnya NKRI yang kita cintai bersama.

/red

Kirab Merah Putih, Ulama, Tokoh Agama dan Masyarakat Gaungkan Kembali Semangat Nasionalisme Generasi Muda Bangsa

Batara.news

Pekalongan – Gaungkan kembali semangat nasionalisme kepada generasi muda bangsa, Ulama, Tokoh Agama dan masyarakat Kota Pekalongan, menggelar kirab merah putih dan orasi kebangsaan, Jumat (7/10/2022) di Lapangan Mataram Pemkot Pekalongan.

Kirab merah putih dan orasi kebangsaan yang diselenggarakan tersebut diinisiasi oleh tokoh kharismatik yang juga selaku anggota Wantimpres RI KH. Muhamnad Luthfi bin Ali bin Yahya beserta ulama dan tokoh agama lainnya serta masyarakat sebagai sarana menggugah kembali semangat nasionalisme generasi muda untuk mencintai dan menghandarbeni atau turut memiliki bangsa dan tanah airnya.

Kirab merah putih dan orasi kebangsaan ini, dihadiri Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Infanteri Yudha Airlangga, S.E , Irwasda Polda Jateng Kombes Pol Untung Sudarto, Wali Kota Pekalongan H. Achmad Afzan Arslan Djunaid, S.E beserta Forkopimda Kota Pekalongan, FKUB Kota Pekalongan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, Mahasiswa, Pelajar, Pramuka, Santri dan disaksikan langsung masyarakat Kota Pekalongan dan sekitarnya.

Upacara kirap merah putih

Dalam kegiatan tersebut disampaikan orasi kebangsaan oleh para tokoh agama yang tergabung dalam FKUB. Disampaikan dalam orasinya bahwa kegiatan ini merupakan anugerah Allah SWT, karena rakyat dapat berkumpul dengan TNI dan Pemerintah dalam rangka memeringati Hari Ulang Tahun HUT TNI Ke-77 dalam bentuk kegiatan Apel dan Kirab Merah Putih.

“Bangsa Indonesia telah berjuang selama 350 tahun untuk mengusir penjajah dan telah mengorbankan segalanya. Atas berkat rahmat Allah, dengan perjuangan bersama rakyat dan TNI, bahu membahu, akhirnya 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya”, ungkapnya mengawali orasinya.

“TNI adalah Kita. Ibarat dua sisi keping mata uang. Rakyat dan TNI tidak bisa dipisahkan. Rakyat dan TNI ibarat ikan dan air. Keduanya saling menopang, saling memperkuat, saling meneguhkan. Kebersatuan TNI dan Rakyat telah diuji oleh sejarah. TNI dan Rakyat bukanlah air dan minyak yang mudah dipisahkan. Siapapun yang berusaha memisahkan TNI dari Rakyat, maka akan berhadapan dengan rakyat Indonesia”, jelasnya.

“Ibarat Indonesia ini negeri Amarta. Indonesia ini dijaga Gatotkaca-Gatotkaca yang mengamankan matra udara, dijaga Antareja-Antareja yang melindungi matra darat, dijaga Antasena-Antasena yang melindungi matra laut”, terangnya.

“Sungguh kita patut bersyukur karena Indonesia adalah sepotong surga yang ditaruh di dunia. Betapa tidak? Indonesia yang secara astronomis terletak pada 6 derajat LU-11 derajat LS dan 95 derajat BT-141 derajat BT, secara geografis dikitari Benua Asia dan Benua Australia serta Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, berpenduduk 275 juta, memiliki 1.340 suku, 718 bahasa Daerah, 17.508 pulau yang sudah bernama dan belum bernama, memilik 6 agama resmi : Islam, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan Kristen Protestan, 187 aliran kepercayan, juga berbagai etnis sperti Arab, Tionghoa, India, Pakistan, Jepang, Korea, dan Indo-Eropa, tanah subur denagn berbagai sumber daya alam seperti pertanian, perkebunan, perhutanan,peternakan, perikanan, dan pertambangan, memiliki keindahan alam seperti Danau Toba, Gunung Bromo, Laut Bunaken, Pantai Sanur, Pulau Komodo, Puncak Jayawijaya dan iklimnya tropis”, jelasnya.

Istilah pujangga menyebut kalau Indonesia bak Untaian Ratnamutumanikam yang menghias di bawah garis khatulistiwa. “Keragaman, kemajemukan, pluralitas Indonesia telah mampu memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia serta jiwa toleransi yang tinggi. Banyak bangsa lain yang iri kepada Indonesia. Oleh karena itu, rakyat Indonesia harus selalu waspada terhadap ancaman dari dalam negeri dan luar negeri terhadap keutuhan NKRI”, himbaunya.

“Mari kita rakyat Indonesia menyatakan TNI adalah Kita. Kita rakyat Indonesia akan selalu menjaga persatuan dan kesatuan NKRI”, ajaknya.

Usai dilaksankan upacara kirab merah putih dilanjutkan seremonial pomotongan tumpeng oleh walikota pekalongan H. Achmad Afzan Arslan Djunaid, S.E yang diberikan kepada Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel Infanteri Yudha Airlangga, S.E.

Dalam kesempatan tersebut Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel Infanteri Yudha Airlangga, S.E mengatakan bahwa, kegitan kirab merah putih dalam rangka memperingati HUT ke 77 Tentara Nasional Indonesi yang digelar di Lapangan Mataram Pekalongan ini terasa sangat spesial sekali. Karena dalam kegiatan ini, disamping didampingi dari Polri dan tiga matra TNI baik angkatan darat, laut, dan udara yang ada diwilayah pantura, juga ada dari unsur lapisan masyarakat, FKUB, Pendidikan, Pelajar, Mahasiswa dan ada juga perwakilan ormas dari pekalongan.

“Saya katakan HUT ke 77 TNI yang di gelar di Pekalongan ini sangat spesial, karena kegiatan ini diselenggarakan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, dan Pemda yang menyiapkan semuanya, bukan TNI,” ucap Komandan Korem 071 Wijayakusuma Kolonel Infanteri Yuda Airlangga.

Dan menurutnya, kegiatan ini adalah bentuk perwujudan TNI Adalah Kita, masyarakat, dan Pemda pekalongan yang menyelenggarakan HUT ke 77 TNI, dan kirab merah putih yang digear saat ini tidak ada di kota lain, karena ini diselenggarakan oleh masyarakat.

“Biasanya yang menyiapkan acaranya di tempat lain yaitu TNI, kalau di Pekalongan hal yang unik, yang menyiapkan semua ini adalah masyarakat,” ujarnya.

Pihaknya berharap, dengan adanya kegiatan ini TNI, Polri dan masyarakat semakin solid dalam mengawal dan mendukung pembangunan menjaga keutuhan NKRI.

“Peringatan HUT TNI hari ini juga dimeriahkan oleh adanya kendaraan rantis TNI dan Polri buatan asli Indonesia ada Anoa, Atav , dan Baracuda Polri sebagai sarana mengikat hati antara TNI, Polri dan masyarakat,” tegasnya.

Walikota Pekalongan, H. Achmad Afzan Arslan Djunaid mengucapkan Dirgahayu TNI ke-77 yang berulang tahun pada 5 Oktober lalu. Aaf, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa, Peringatan HUT TNI ke-77 ini dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat merupakan bantuk kepedulian bersama untuk bersatu padu merayakan HUT TNI ke-77 di Kota Pekalongan.

“Kami tidak rela apabila institusi TNI, Polri, Pemerintah masih diserang, kalau ada kesalahan individu atau kekurangan, silahkan diproses sesuai hukum, jangan serang institusinya. Kita harus tetap solid dan tetap mendukung TNI, karena TNI lahir dari rakyat,” terangnya.

Pelaksanaan karnaval dalam kirab merah putih diawali dengan pengibaran bendera start oleh Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Infanteri Yudha Airlangga, S E , Walikota Pekalongan H. Achmad Afzan Arslan Djunaid, S.E ini, dengan menempuh jarak sejauh dua kilometer menyusuri jalan protokol Kota Pekalangan dengan melibatkan 4 unit rantis milik TNI AD dan 1 Unit milik Brimob, disamping itu juga pembawaan bendera merah putih sepanjang 150 meter yang dibawa oleh 90 orang anggota gabungan TNI – Polri dengan start dan finish di Lapangan Mataram Pemkot Pekalongan disaksikan ribuan masyarakat Kota Pekalongan.

Sebelum mengibarkan bendera start, Kolonel Infanteri Yuhda menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada warga masyarakat Pekalongan. “Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada segenap warga masyarakat Pekalongan yang telah begitu antusias memberikn dukungan sehingga tergelarnya acara kirab merah putih ini, semoga keberadaan TNI akan selalu di hati rakyat dan rakyat semakin mecintai TNI”, pungkasnya.

Antusias masyarakat dalam penyelenggaraan kirab ini sangat tinggi, hal ini terlihat dari ratusan, bahkan ribuan masyarakat menyaksikan jalannya kirab sepanjang rute yang dilalui. Mereka tidak hanya turut menyaksikan, melainkan sebagian dari mereka juga ikut kirab dengan menaiki kendaraan taktis milik TNI dan Polri yang juga ikut serta dalam acara tersebut, selain itu masyarakat juga menyelami makna dan arti dari apa yang mereka lihat dengan diselenggarakannya kirab merah putih ini, seperti diungkapkan Ibu Nely (32) warga Desa Samborejo Tirto, Kabupaten Pekalongan yang sengaja datang ke Lapangan Mataram Kota Pekalongan bersama anaknya karena merasa kagum dengan adanya kirab merah putih yang diselenggarakan di Kota Pekalongan.

“Saya sengaja datang sama anak saya untuk melihat dan mengikuti peringatan HUT TNI ke- 77 serta melihat kendaraan perang milik TNI yang digunakan dalam kirab merah putih,” katanya.

Ia berharap dengan adanya kegiatan ini, TNI tambah jaya dan lebih dekat lagi dengan masyarakat.

“Dirgahayu TNI ke-77 semoga TNI semakin jaya dan terus bersama serta lebih dekat dengan masyarakat,” pungkasnya.

Masyarakat pekalongan secara umum berharap kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan rutin sehingga dapt menjadikan pembelajaran kepada generasi muda dalam menunbuhkan rasa bangga dan semakin cinta terhadap TNI dan Bangsanya, serta meningkatkan rasa persatuan dan keastuan guna kokohnya NKRI.

/red

Putusan PN Pati tentang kasus Sukesi Janda Sebatangkara akan di Ajukan Eksaminasi

Batara.news

Pati, Batara.news | Perkara Sukesi janda sebatangkara dapat respon penuh oleh beberapa Advokad, tentang putusan Pengadilan Negeri Pati yang akan mengeksekusi tanah rumah miliknya oleh penggugat dari Rentenir.

Pengacara Joko Sutrisno ketua Komisi Yudisial masa bakti tahun 2015-2017 dan Ketua Lembaga Lidikkrimsus DPC Pati Selamet Widodo akan mengajukan eksaminasi atas putusan PN Pati kepada Sukesi, janda sebatangkara yang buta tulis tiba-tiba seorang Rentenir menggugat secara perdata kepada Sukesi hingga putusan hakim dapat di menangkan sang Rentenir.

Gambar logo Sahabat Komisi Yudisial

Eksaminasi publik sebagai upaya untuk mendorong dan memberdayakan partisipasi publik agar dapat terlibat lebih jauh di dalam mempersoalkan proses suatu perkara dan putusan yang dinilai kontroversi dan melukai profesi hukum melakukan penilaian dan pengujian terhadap proses peradilan dan putusan lembaga penegak hukum lainnya yang dirasakan dan dinilai bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Eksaminasi publik diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, dan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan koreksi terhadap kinerja aparaturnya. Hasil eksaminasi tidak bermaksud untuk melakukan intervensi terhadap proses hukum.


Namun eksaminasi publik terhadap putusan-putusan pengadilan atau produk hukum yang dianggap menyimpang lebih merupakan sebagai ruang publik yang harus dimulai dibangun agar lembaga-lembaga negara tidak lepas dari kontrol masyarakat sekaligus sebagai bentuk partisipasi masyarakat mengawasi peradilan. Menurut keterangan Joko Sutrisno.

Bacajuga : Rumah Tanah Terancam Eksekusi, Sukesi Janda Sebatang Kara Asal Trangkil Terima Kenyataan Yang Tak Semestinya

” Karena menurut analisis teman-teman media di lapangan, putusan itu diduga belum sesuai dengan kronologi yang sudah di ceritakan oleh Sukesi (tergugat) pada hukum perdata,” terang Joko Sutrisno, 5/10/2022.

Di tempat yang sama Selamet Widodo menambahkan, ” Jika memang putusan pengadilan itu tidak sesuai maka kita akan bela hak ibu Sukesi, dengan posisi ia janda sebatangkara dan tidak mengerti apa-apa, ini urusannya dengan rasa kemanusiaan,” ucap Selamet Widodo.

/Nur/Rd

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.