Jeritan Hati Sukari: Anaknya Terancam Bui Karena Tak Mampu Bayar Denda Rp40 Juta ke Sarwi

PATI, BATARA.NEWS  – Sebuah ‘react love’ di media sosial Facebook berbuntut panjang. Sugiono, seorang buruh serabutan asal Desa Guwo RT 02/RW 06, Kecamatan Tlogowungu, Pati, kini harus menghadapi ancaman penjara setelah dijemput paksa tim buser Polresta Pati pada Rabu (12/11) siang.

Kasus ini bukan sekadar perkara pemukulan biasa. Di baliknya, tersimpan cerita tentang harga diri seorang suami, provokasi, dan upaya damai yang terbentur tuntutan ganti rugi fantastis yang dinilai “mencekik” nalar.

Semua bermula ketika Sugiono (tersangka) mendapati Sarwi (korban), yang notabene adalah tetangga satu RT-nya, diduga kerap mengganggu istrinya, Sarni, di Facebook.

Puncaknya, sebuah reaksi ‘love’ dari Sarwi di postingan Sarni menyulut kecurigaan Sugiono. Merasa harga diri keluarganya terusik, Sugiono mendatangi rumah Sarwi untuk meminta klarifikasi.

“Kamu kok ngelike postingan istriku dengan react love, apakah memang kamu suka dengan istriku?” tanya Sugiono.

Di luar dugaan, Sarwi memberikan jawaban yang diduga kuat menjadi pemicu amarah. “Iya,” jawab Sarwi singkat.

Pengakuan itu seketika menyulut emosi Sugiono. Merasa dilecehkan, pukulan spontan pun mendarat di tubuh Sarwi. Sarwi kemudian melaporkan insiden ini ke Polsek Tlogowungu.

Upaya mediasi pertama di tingkat Polsek gagal total. Menurut informasi, pihak Sarwi menolak untuk hadir. Tak kunjung menemukan titik temu, Polsek Tlogowungu akhirnya melimpahkan perkara ini ke Polresta Pati.

Di Polresta Pati, mediasi kembali digelar. Namun, proses itu justru membuka tabir baru. Sarwi disebut mematok “harga damai” yang mengejutkan.

“Saya mau damai kalau diganti rugi 60 juta,” ujar Sarwi dalam mediasi tersebut.

Tuntutan itu jelas tak sanggup dipenuhi Sugiono. Mediasi kembali buntu. Beberapa hari kemudian, tokoh masyarakat Desa Guwo berinisial AAF turun tangan, mencoba memediasi keduanya sekali lagi.

Sugiono, yang sadar akan posisinya, menawarkan itikad baik untuk mengganti seluruh biaya pengobatan Sarwi. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah.

Sarwi, yang seolah tak peduli dengan kondisi keuangan Sugiono, hanya menurunkan tuntutannya dari 60 juta menjadi 40 juta. Angka yang masih mustahil bagi seorang buruh serabutan.

Karena tak mampu membayar, Sugiono akhirnya dijemput paksa tim buser pada Rabu siang. Pihak Polresta disebut masih memberikan kesempatan mediasi.

Ibu dan istri Sugiono bahkan sampai mendatangi rumah Sarwi untuk memohon maaf. Namun, pintu damai seakan tertutup rapat oleh materi.

“Maaf saya berikan, namun untuk damai sudah ada angkanya,” ujar Sarwi, mengulangi tuntutannya.

Sikap Sarwi ini disayangkan oleh keluarga dan warga sekitar. Gutomo, tetangga keduanya, geleng-geleng kepala.

“40 juta itu uang semua apa campur daun? Walaupun sudah diturunkan 60 juta jadi 40 juta tetap saja itu mencekik,” ujarnya prihatin.

Di kediamannya, Sukari, ayah Sugiono, hanya bisa pasrah. Beban hidupnya kini bertambah berat melihat nasib putranya.

“Untuk makan saja kami susah, bagaimana kami bisa bayar uang 40 juta?” keluhnya lirih.

Sukari mempertanyakan di mana letak keadilan bagi orang kecil seperti mereka. Ia memposisikan diri jika berada di situasi yang sama dengan anaknya.

“Bagaimana kalau istrinya diganggu, apakah dia juga akan diam?” imbuhnya, mempertanyakan reaksi wajar seorang suami.

Kini, keluarga hanya berharap belas kasihan dan keadilan.

“Semoga nantinya anak saya mendapatkan keadilan. Jangan karena gak mampu bayar denda yang segitu besar lantas anak saya dipenjarakan,” pungkas Sukari. (red)