Kejurkab Bojonegoro,Me...

Kejurkab Bojonegoro,Menyemai Bibit Prestasi, Membuka Tiket Emas ke Kejurprov — Bukan Ajang Taruhan

Ukuran Teks:

Bojonegoro,-Batara.news||

Kejuruan Kabupaten (Kejurkab) sejatinya adalah ladang pembibitan prestasi.

Di sanalah benih-benih atlet daerah ditanam, disiram, dan ditempa melalui latihan panjang, disiplin, serta pengorbanan yang tak selalu terlihat mata. Kejurkab bukan sekadar kompetisi tahunan, melainkan tahapan penting dalam membangun masa depan olahraga daerah — sekaligus pintu masuk menuju Kejuaraan Provinsi (Kejurprov).

Arena Kejurkab bukan meja taruhan.

Ia bukan ruang spekulasi.

Ia bukan pula ruang perjudian yang mengukur nilai pertandingan dari untung dan rugi.

Ia adalah panggung sportivitas, tempat nilai kejujuran, fair play, kerja keras, dan semangat juang diuji secara terbuka dan bermartabat.

Setiap poin yang diraih atlet adalah hasil dari keringat latihan, bukan hasil pertaruhan.

Setiap kemenangan adalah buah dari proses panjang, bukan angka pada kupon judi.

Dan setiap keputusan wasit adalah upaya menjaga keadilan permainan — bukan alat memuaskan kepentingan pihak tertentu.

Karena itu, marwah Kejurkab harus dijaga.

Ia harus tetap bersih, sehat, dan berintegritas.

Agar Kejurkab tetap menjadi ruang aman bagi lahirnya atlet-atlet bermental juara.

Dari Kejurkab yang sehat, lahir prestasi yang bermartabat.

Dan dari prestasi yang bermartabat, daerah menyiapkan masa depan emasnya di Kejurprov.

Refleksi ini sekaligus menjadi bentuk kepedulian terhadap dunia olahraga di tengah ulah segelintir oknum yang justru menjadikan kompetisi sebagai ladang keuntungan pribadi.

Hal ini disampaikan oleh salah satu panitia sekaligus wasit yang kerap menjadi sasaran protes, bahkan tekanan, atas keputusan yang sejatinya telah sesuai aturan.

“Leres sanget, Pak. Matur nuwun sanget sampun saged mangertos kahanan kulo-kulo minangka wasit. Mugi-mugi kathah ugi sosok kados panjenengan ingkang purun mangertos lan wani nyuarakaken kados menika.”

(Benar sekali, Pak. Terima kasih sudah memahami situasi kami sebagai wasit. Semoga semakin banyak yang mau memahami dan berani menyuarakan hal seperti ini.)

Kalimat sederhana itu menyimpan pesan yang dalam:

bahwa menjaga sportivitas bukan hanya tugas atlet dan wasit, tetapi tanggung jawab seluruh ekosistem olahraga — panitia, penonton, orang tua, media, hingga pemangku kebijakan.

Karena olahraga bukan sekadar pertandingan.

Ia adalah pendidikan karakter.

Dan Kejurkab adalah sekolah pertamanya.

Penulis:Alisugiono

Bagaimana perasaanmu membaca artikel ini?

Bagikan:
Artikel berhasil disimpan