BOJONEGORO – Batara.News
Sore yang mestinya menjadi pengantar malam dengan tenang berubah menjadi panggung duka di jalur Bojonegoro–Nganjuk, tepatnya di turunan Dusun Sugihan, Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang. Sabtu (15/11/2025) sekitar pukul 16.00 WIB, suara menggelegar dari arah jurang memecah keheningan, diikuti kobaran api yang menjilat gelapnya tebing. Detik-detik hitam itu membuat warga sekitar tersentak, menyaksikan tragedi yang begitu cepat, begitu memilukan.
Kecelakaan bermula ketika sebuah motor Honda CB berwarna biru tanpa Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) melaju menuruni jalur curam yang dikenal angker bagi para pengendara. Diduga pengemudi kehilangan kendali, motor tergelincir, oleng, dan akhirnya terjun bebas ke dalam jurang. Dalam sekejap, suara benturan keras disusul api yang terus membesar, melahap motor dan tubuh pengendaranya.
Warga yang berusaha turun ke dasar jurang hanya bisa terpaku melihat kondisi korban. Remaja 16 tahun, M Alif Dhihni, warga Dusun Paloh, Desa Karangan, Kecamatan Kepohbaru, ditemukan sudah tak bernyawa. Tubuhnya mengalami luka sangat berat akibat benturan dan api yang membara menghancurkan segalanya. Jeritan lirih sang pembonceng, Muhammad Syahrul Romadhoni (19), warga Desa Bumi Rejo, memecah hening, meminta pertolongan dalam kondisi penuh luka.
Meski berhasil dievakuasi dari dasar jurang, pembonceng mengalami luka-luka serius dan segera dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat. Sementara itu, bau asap hangus masih menyelimuti lokasi kejadian ketika petugas serta warga bahu-membahu memadamkan sisa api.
Tragedi ini menjadi pukulan berat bagi keluarga korban, sekaligus menjadi pengingat keras bahwa jalur Sugihan bukan sekadar turunan biasa. Banyak pengendara kehilangan kendali di titik rawan ini, dan kini satu nyawa kembali melayang karena kelengahan sesaat.
Batara.News mengingatkan,
Di balik tarikan gas dan deru angin, ada risiko yang tak pernah memilih siapa korbannya. Kurangi kecepatan, tingkatkan kewaspadaan. Karena satu detik saja kehilangan fokus, bisa mengubah sore biasa menjadi duka mendalam—seperti yang terjadi di Sugihan.
/Ali Sugiono












