Bojonegoro, Jawa Timur –Batara.news|| Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) DPD Bojonegoro secara tegas menolak kehadiran para penceramah yang dianggap kontroversial.
Penolakan ini dipicu oleh kontroversi seputar klaim nazab dan ajaran yang disampaikan oleh beberapa Habib. Hal tersebut di sampaikan oleh Ainun Na’im, Wakil Ketua PWI-LS DPD Bojonegoro, pada awak media. Selasa (08/04/2025).
Menurut Ainun Na’im, PWI-LS Bojonegoro memutuskan untuk tidak memberikan tempat bagi ceramah yang berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat.
Lebih lanjut Gus Na’im menjelaskan, Penolakan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) Cabang Bojonegoro terhadap ceramah sejumlah Habib dilandasi beberapa faktor penting.
“Salahsatunya didasari oleh perilaku sebagian Habib yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW,” terangnya.
Masih menurut Gus Na’im, ketidakmampuan beberapa Habib untuk membuktikan klaim nazab mereka dengan silsilah dan bukti sejarah yang valid juga menjadi pertimbangan utama. Keraguan atas klaim nazab tertentu, termasuk klaim Ubaidillah sebagai putra Ahmad, turut memperkuat alasan penolakan tersebut.
“PWI-LS Bojonegoro berkomitmen untuk menjaga keutuhan ajaran Islam dan menolak segala bentuk penyimpangan yang berpotensi menimbulkan perpecahan di masyarakat,” lanjutnya, “Dan hasil tes DNA yang menunjukkan mayoritas Habib di Indonesia ini memiliki Hablo group atau rasnya hablo group G, berbeda dengan Hablo group J1 atau J2 yang diasosiasikan dengan keturunan Arab,” terang praktisi hukum itu.
Lebih jauh, Ainun Na’im menyoroti pembelokan sejarah, baik sejarah kemerdekaan RI, sejarah berdirinya NU, perilaku Rasis terhadap golongan masyarakat diluar klan mereka, dan ajaran-ajaran kontroversial yang termaktub dalam kitab-kitab tertentu (seperti Manhajus Sawi, Kunuzus sa’adah, Nahrul Maurud, sarkhul ainiyah dan banyak lagi kitab lainnya yg dipandang sangat bahaya yang sesat menyesatkan), dan pernyataan yang menyatakan tidak sahnya atau dalam hukum pernikahan dikatakan haramnya pernikahan wanita Habibah dengan pria non-Habib yang tentu tidak sesuai dengan pendapat 4 madzhab. Semua ini, menurut Na’im, berpotensi menyesatkan dan merusak pemahaman ajaran Islam yang benar.
“Kita juga mempertanyakan kompetensi keagamaan para Habib. Menurut saya santri pribumi Indonesia memiliki pemahaman agama yang lebih baik dari mereka,” lanjutnya
Gus Na’im menegaskan penolakan terhadap ceramah-ceramah Habib dan menuntut bukti kuat berupa manuskrip sejarah dan hasil tes DNA untuk membuktikan klaim nazab mereka.
“Tujuan utama PWI-LS adalah menolak ceramah Habib di majelis sholawat atau sebagai vocal atau memimpin majlis kecuali sebagai jamaah, dan menolak kehadiran mereka di panggung publik.” Pungkasnya.
/Ali