Ruang pertemuan itu tampak rapi, tenang, dan penuh kesungguhan. Kursi-kursi hitam berjajar, meja panjang membentang di tengah ruangan, dan layar besar di depan bertuliskan tegas: Technical Meeting Kejurkab Bola Voli U-18.Selasa(30/12/2025)
Di sanalah, bukan sekadar regulasi yang dibahas — tetapi masa depan olahraga Bojonegoro sedang disusun.
Para pelatih, ofisial klub, pengurus PBVSI, dan perwakilan tim muda duduk berdampingan.
Mereka datang dari berbagai kecamatan, membawa harapan yang sama: memberi jalan bagi anak-anak muda agar bisa melangkah lebih jauh dari sekadar lapangan desa, menuju gelanggang provinsi, bahkan nasional.
Di barisan depan, tampak Kapolres Bojonegoro AKBP Afrian Setya Permadi berdiri bersama jajaran PBVSI. Kehadirannya bukan simbol formalitas, melainkan pesan: bahwa pembinaan generasi muda adalah tanggung jawab bersama — bukan hanya milik sekolah, klub, atau federasi, tetapi seluruh elemen daerah.
Di sela pembahasan teknis tentang jadwal, batas usia kelahiran 2009, dan mekanisme pertandingan, salah satu pengurus PBVSI Bojonegoro, Eko Ari, menyampaikan inti dari semua pertemuan itu.
“Kejuaraan ini bukan hanya soal menang dan kalah, tetapi menjadi ruang pembuktian hasil pembinaan klub-klub voli di Bojonegoro,” ujarnya.
Ia kemudian merinci bahwa ajang ini diikuti oleh 21 tim putra dan 17 tim putri, seluruhnya berasal dari klub binaan PBV di Kabupaten Bojonegoro. Sistem pertandingan menggunakan format gugur, dengan two winning set pada babak penyisihan, serta three winning set pada semifinal dan final, agar setiap laga benar-benar menguji ketahanan fisik, mental, dan teknik para atlet muda.
Angka-angka itu terdengar sederhana. Namun di baliknya tersimpan ratusan anak muda yang berlatih sore hari setelah pulang sekolah, puluhan pelatih yang setia mendampingi tanpa sorotan, dan orang tua yang menaruh harapan pada lapangan berwarna hijau atau biru itu.
Kalimat Eko Ari menggantung sejenak di udara ruang pertemuan — bukan sebagai slogan, melainkan sebagai pengingat. Bahwa yang sedang dipertaruhkan bukan piala, bukan medali, melainkan hasil dari proses panjang pembinaan, disiplin, dan ketekunan.
Technical meeting itu pun terasa bukan lagi sekadar forum administratif. Ia menjelma menjadi ruang refleksi bersama: tentang bagaimana anak-anak ini dilatih, dibimbing, dan diarahkan — agar bertumbuh bukan hanya sebagai atlet, tetapi juga sebagai pribadi.
Dari ruang itu akan lahir pertandingan-pertandingan yang penuh keringat, teriakan semangat di pinggir lapangan, dan mimpi-mimpi kecil yang pelan-pelan belajar menjadi besar.
Dan di meja panjang itulah, semua harapan itu diberi wadah. Disusun rapi. Disepakati bersama. Agar kelak, ketika peluit pertama dibunyikan di GOR, yang bertanding bukan hanya otot dan teknik — tetapi juga karakter, sportivitas, dan masa depan.
Di sanalah, di balik layar bertuliskan Kejurkab Bola Voli U-18, Bojonegoro tidak hanya sedang menggelar kejuaraan.
Ia sedang menyiapkan generasi.
Penulis: Alisugiono
