BOJONEGORO – Komando Distrik Militer (Kodim) 0813 Bojonegoro melaksanakan upacara peringatan Hari Bela Negara ke-77 Tahun 2025 dengan khidmat dan penuh semangat juang, bertempat di Lapangan Makodim 0813 Bojonegoro, Jalan HOS Cokroaminoto, Jumat (19/12/2025).
Upacara dipimpin langsung oleh Kepala Staf Kodim (Kasdim) 0813 Bojonegoro, Mayor Inf Marwoko Suwandono, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup). Peserta upacara terdiri dari seluruh unsur prajurit Perwira, Bintara, Tamtama, serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) jajaran Kodim 0813 Bojonegoro.
Peringatan Hari Bela Negara tahun ini mengusung tema “Teguhkan Bela Negara untuk Indonesia Maju”, sebagai refleksi komitmen TNI AD dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.
Dalam amanat Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto yang dibacakan Inspektur Upacara, ditegaskan bahwa Hari Bela Negara ke-77 merupakan momentum historis untuk mengenang berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi pada tahun 1948, di tengah ancaman serius Agresi Militer Belanda II.
“Peristiwa tersebut menjadi bukti nyata bahwa semangat bela negara adalah benteng terakhir yang mampu menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas Mayor Inf Marwoko Suwandono.
Amanat Presiden juga menyoroti peran strategis wilayah Sumatera dalam sejarah pertahanan negara. Aceh disebut sebagai Daerah Modal, yang sejak masa kerajaan hingga revolusi kemerdekaan menjadi benteng pertahanan Nusantara dan penopang utama perjuangan Republik, baik dari sisi logistik, pembiayaan, hingga dukungan strategis diplomasi.
Sementara itu, Sumatera Utara dikenang melalui heroisme Medan Area dan perlawanan rakyat di berbagai wilayah yang tak pernah surut, menjadikannya salah satu pusat perlawanan utama terhadap kolonialisme Belanda.
“Ketangguhan rakyat Sumatera Utara adalah bagian dari fondasi berdirinya negara ini,” sebagaimana ditegaskan dalam amanat Presiden RI.
Adapun dari Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi, lahir PDRI sebagai penyelamat Republik di masa paling kritis. Ketika ibu kota negara jatuh ke tangan musuh, dari wilayah inilah pemerintahan Republik tetap berdiri dan bergerak.
“Tanpa Aceh, tanpa Sumatera Utara, dan tanpa Sumatera Barat, sejarah bela negara tidak akan pernah lengkap. Persatuan adalah kekuatan terbesar bangsa Indonesia,” lanjut amanat Presiden.
Di akhir amanat, Presiden RI menegaskan bahwa Hari Bela Negara bukan sekadar seremoni, melainkan panggilan moral dan ideologis bagi seluruh komponen bangsa, khususnya prajurit TNI, untuk mewujudkan bela negara dalam tindakan nyata.
“Cinta tanah air harus diwujudkan melalui aksi konkret: membantu rakyat saat bencana, menjaga ruang digital dari ancaman hoaks, memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, serta berkontribusi aktif dalam pembangunan nasional sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing,” pungkasnya.
Upacara berlangsung dengan tertib, disiplin, dan penuh jiwa korsa, mencerminkan kesiapsiagaan Kodim 0813 Bojonegoro dalam mengimplementasikan nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI sebagai landasan pengabdian kepada bangsa dan negara.
Red/lis.
