Di negeri yang lahir dari perbedaan, kebhinekaan bukan sekadar semboyan, melainkan napas kehidupan. Kesadaran itulah yang mengemuka dalam Kenduri Kebhinekaan dalam rangka Pencegahan Konflik Sosial dan Gangguan Kamtibmas yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bojonegoro, Rabu (17/12/2025), di Hotel dan Resto MCM.
Kegiatan yang dihadiri unsur organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, tokoh budaya, pemuda, komunitas adat, akademisi, pelaku usaha, hingga awak media ini menjadi ruang temu lintas identitas. Negara hadir tidak dengan palu kekuasaan, melainkan dengan meja dialog.
Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Fredy Purnomo, dalam paparannya menegaskan bahwa secara harfiah bhinneka berarti berbeda. Namun perbedaan itu, menurutnya, justru menjelma kekuatan ketika dirawat dalam kesadaran bersama.
“Keberagaman adalah anugerah Allah SWT. Negara pun mengakuinya secara konstitusional dengan menjamin enam agama hidup berdampingan di Indonesia,” ujar Fredy.
Ia menyebut Indonesia sebagai rumah besar dengan lebih dari 700 suku bangsa dan ribuan pulau, namun disatukan oleh satu identitas kebangsaan. Perbedaan, tegasnya, tidak boleh menjadi alasan untuk saling menegasikan.
“Kita boleh berbeda suku, agama, dan latar belakang, tetapi kita satu: Indonesia,” tegasnya.
Fredy juga menaruh perhatian pada modal sosial Bojonegoro yang dinilainya kuat. Keberadaan tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda, hingga komunitas adat Samin disebutnya sebagai pilar kearifan lokal yang menjaga harmoni sosial dari akar rumput.
“Ini kekayaan yang harus dirawat. Konflik sosial bukan lahir karena perbedaan, tetapi karena tidak adanya ruang dialog,” katanya.
Ia menilai Kenduri Kebhinekaan sebagai “bengkel sosial”—ruang memperbaiki relasi sosial sebelum retak menjadi konflik. Dalam konteks kekinian, Fredy juga mengingatkan bahwa gangguan Kamtibmas tak hanya bersumber dari gesekan fisik, tetapi juga dari arus informasi yang menyesatkan.
“Di era digital, peran media sangat strategis. Media yang jernih akan melahirkan masyarakat yang tenang,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kesbangpol Kabupaten Bojonegoro, Mahmudi, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah preventif untuk memperkuat jejaring sosial dan menutup celah konflik sejak dini. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan media dinilai menjadi kunci menjaga stabilitas daerah.
Kenduri Kebhinekaan hari itu menegaskan satu pesan: menjaga keamanan dan ketertiban tidak selalu dengan pendekatan koersif, melainkan dengan membangun kesadaran, mempertemukan perbedaan, dan merawat dialog.
Di Bojonegoro, kebhinekaan tidak hanya dirayakan—tetapi dijaga.
Jawatimur Gerbang baru Nusantara.
Bojonegoro Bahagia Makmur Membanggakan.
Penulis:Alisugiono.
