Di tengah riuh polemik pasca kericuhan pada ajang Olimpiade Matematika tingkat MI/SD, satu per satu kabut informasi mulai terkuak. Kapolsek Kota, AKP Agus Elfauzi, berdiri di garis depan meluruskan simpang-siur isu penjarahan dan ancaman senjata tajam yang sempat mengemuka dalam forum klarifikasi di Gedung Pemkab Bojonegoro, Rabu (10/12/2025).
“Waktu itu saya berada di lokasi. Saya pastikan tidak ada penjarahan dan tidak ada pengancaman menggunakan senjata tajam,” tegas AKP Elfauzi—suara yang jernih, lugas, sekaligus memotong derasnya arus narasi liar yang terlanjur bergulir.
Ia mengungkapkan, sesaat sebelum kericuhan memuncak, dirinya bersama 12 personel Polsek Kota sudah berada di lokasi, mengawasi jalannya kegiatan serta memantau langsung setiap dinamika yang terjadi.
Kericuhan memang sempat memanas—ribuan orang berdesakan, panik, dan mulai kehilangan kendali. Namun, menurut Elfauzi, situasi masih dapat ditahan agar tidak meluas.
“Bahkan saya bersama anggota sempat memegang mikrofon untuk menenangkan massa. Anggota juga sempat mengoperasikan laptop untuk menghidupkan mikrofon,” ujarnya ketika ditemui menjelang pelantikan Kades PAW.
Kapolsek menegaskan, fokus utama kepolisian kini adalah memastikan pengembalian dana peserta berjalan tanpa hambatan—bukan membiarkan isu-isu tak berdasar menyesatkan opini publik.
Keterangan dari kepolisian ini diperkuat oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Welly Fritama. Ia memastikan tidak ada laporan kerusakan fasilitas Gedung Serbaguna—hal yang seharusnya terjadi bila benar pintu didobrak atau benda-benda dirusak massa.
“Kalau memang pintu didobrak, tentu ada kerusakan. Dan kalau ada kerusakan, pasti sudah ada laporan ke saya. Sampai saat ini belum ada laporan apa pun,” tegas Welly, sekaligus menampik klaim panitia terkait hilangnya laptop, berkas-berkas, hingga tudingan penjarahan.
Klarifikasi kedua institusi ini hadir setelah pihak penyelenggara menyampaikan bahwa proses pengembalian dana tersendat akibat “data hilang dijarah massa” dan adanya “ancaman bersenjata tajam” terhadap anggota panitia. Dua narasi yang kini mulai retak setelah diuji oleh fakta lapangan.
Baik kepolisian maupun Disbudpar berharap penjelasan ini mampu meluruskan arus informasi dan menghindarkan masyarakat dari persepsi keliru yang justru memperkeruh suasana.
Diketahui sebelumnya, Olimpiade Matematika yang digelar di Gedung Serbaguna pada Minggu (07/12/2025) berlangsung tanpa manajemen keramaian yang memadai. Sekitar 8.000 peserta memadati area tanpa alur teknis yang jelas.
Pintu gedung dibuka tanpa koordinasi, ribuan anak keluar bersamaan, orang tua panik mencari putra-putrinya, dan situasi berubah kacau. Tangis, teriakan, serta dorong-mendorong pecah di berbagai titik—menjadi catatan kelam tentang pentingnya manajemen event, terlebih ketika menyangkut ribuan anak.
/Ali S
