Batara.news || Pendiri Setia Hati, Ki Ngabehi Eyang Suro Dwiryo — atau Masdan saat muda — sejak tahun 1903 telah mengumpulkan pemuda untuk belajar agama, budi pekerti, dan pencak silat. Tujuannya jelas: membentuk generasi berkarakter, bersaudara, dan siap berjuang untuk bangsa.
Sebelum wafat, beliau berpesan:
“Saudara Setia Hati harus bersatu hati, guyub rukun lahir batin.”
Sayangnya, perkembangan zaman membuat ajaran ini kadang tercoreng oleh ulah oknum: gesekan antar kelompok, saling merendahkan, bahkan mengganggu ketertiban. Padahal inti ajaran Setia Hati adalah persatuan, keteladanan, dan membawa manfaat bagi masyarakat.
Momentum Sumpah Pemuda 2025 ini menjadi pengingat:
Jika kita kembali pada ajaran Eyang Suro — bersatu, rukun, dan berbuat baik — maka keluarga besar Setia Hati akan menjadi kekuatan besar untuk membangun bangsa.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 2025.
Mari jaga persaudaraan, hormati perbedaan, dan menjadi teladan di masyarakat.
* Penulis: Sasmito Anggoro — Ketua Cabang PSHW Bojonegoro, Wakil Ketua IPSI Bojonegoro, Sekretaris Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat, wartawan aktif, dan Pengawas Karimon.

 
							








