Bojonegoro Menghadapi Tantangan Pengelolaan Limbah B3 yang Mendesak

Berita Daerah37 Dilihat

Bojonegoro,-Batara.news||

Kabupaten Bojonegoro dihadapkan pada persoalan serius terkait pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Rabo(27/08/2025)

 

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH), timbulan limbah B3 di Bojonegoro mencapai 22.365,99 ton per tahun, yang berasal dari berbagai sektor seperti industri pengolahan, migas, fasilitas kesehatan, dan lain-lain.

 

Namun

Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu Belum Tergarap

Dengan asumsi biaya jasa pengolahan Rp10.000 per kilogram, total biaya yang harus dikeluarkan pelaku usaha untuk mengelola limbah tersebut mencapai sekitar Rp223,6 miliar per tahun. Namun, biaya besar ini terserap keluar daerah karena Bojonegoro belum memiliki fasilitas pengolahan B3 sendiri. Jika pemerintah daerah respek dan serius membangun fasilitas pengolahan limbah, potensi dana tersebut bisa dialihkan menjadi sumber PAD sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

 

Adapun

Manfaat Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 itu juga bisa

Memperpendek Rantai Pengelolaan. Dengan adanya fasilitas pengolahan limbah B3 di Bojonegoro, rantai pengelolaan limbah dapat diperpendek sehingga lebih efisien.

 

Meningkatkan Efisiensi Pembangunan fasilitas pengolahan limbah B3 dapat meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan limbah dan mengurangi biaya yang dikeluarkan.

Dan juga Membuka Lapangan Kerja Lokal.

 

Pembangunan fasilitas pengolahan limbah B3 juga dapat membuka lapangan kerja lokal bagi masyarakat Bojonegoro.

Memberi Rasa Aman terhadap Dampak Lingkungan Dengan pengelolaan limbah B3 yang tepat, masyarakat dapat merasa aman dari dampak lingkungan yang negatif.

 

Membuka Sektor Bisnis Baru Pembangunan fasilitas pengolahan limbah B3 juga dapat membuka sektor bisnis baru di bidang pengolahan limbah

 

 

Kunci keberhasilan program pengelolaan limbah B3 terletak pada sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Dibutuhkan regulasi yang kuat, pengawasan ketat, dan transparansi dalam pengelolaan agar proyek tidak berubah menjadi ladang bisnis segelintir pihak.

 

Dengan data yang ada, Bojonegoro sebenarnya memiliki modal besar untuk tampil sebagai pionir pengelolaan limbah B3 di Jawa Timur. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah konkret untuk mengelola limbah B3 dan memanfaatkan potensi PAD yang ada.

 

Penulis:Alisugiono.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *