Cerobong Sata tec keluarkan bau tak sedap Ganggu Proses Belajar, TK dan PAUD Pindahkan Kegiatan ke Balai Desa

Berita Daerah119 Dilihat

Bojonegoro, –Dampak pengolahan tembakau keluarkan bau yang di nilai tak sedap oleh wali murid dan guru TK Darma Wanita Sukowati yang diduga berasal dari Cerobong aktivitas pengolahan tembakau milik PT STI kembali menuai keluhan. Kali ini, dampaknya sangat nyata, kegiatan belajar mengajar di TK dan PAUD Dharma Wanita Sukowati terpaksa dipindahkan ke balai desa karena kondisi udara yang tak lagi memungkinkan bagi anak-anak untuk belajar di lingkungan sekolah.

 

Kepala Sekolah TK Dharma Wanita Sukowati, Dika Martania atau yang akrab disapa Bu Dika, mengungkapkan bahwa pemindahan ini dilakukan demi menjaga kesehatan dan kenyamanan anak-anak. Sebelumnya, berbagai upaya telah dicoba, termasuk menerima bantuan dua unit AC dan dua kipas angin dari PT Sata Tec. Namun, solusi tersebut justru memperburuk situasi. Senin (2/05/2025).

 

“AC tersebut digunakan sebagai kompensasi kami, tetapi kami keberatan dengan kata kompensasi, sebab kami tidak pernah meminta. Kami sudah menyampaikan keberatan melalui media dan secara langsung kepada pihak perusahaan, namun tidak ada tanggapan. Padahal, kami hanya ingin lingkungan belajar yang sehat dan nyaman,” jelas Bu Dika.

 

Menurutnya, AC yang dipasang di dalam kelas justru membuat bau menyengat mengendap. Ditambah lagi, keterbatasan anggaran membuat pihak sekolah kesulitan menanggung biaya listrik akibat penggunaan alat tersebut.

 

“Sekolah kami dikelola oleh yayasan, dan biaya operasional sangat terbatas. Kami tidak sanggup menanggung beban listrik tambahan. Penggunaan AC pun tidak menyelesaikan masalah malah membuat kondisi di dalam kelas semakin tidak nyaman,” tambahnya.

 

Ia menegaskan bahwa pengembalian barang bantuan tersebut merupakan inisiatif para guru. “Tidak ada paksaan. Kami yang memutuskan untuk mengembalikannya karena dari awal memang keberatan. Barang tersebut diberikan tanpa kesepakatan resmi, dan hanya disebut sebagai kompensasi. Bahkan, hal ini pernah dicatat dalam pertemuan resmi dengan pihak dinas,” ujarnya.

 

Bu Dika menjelaskan bahwa pihak sekolah telah lama menyuarakan keluhan tersebut, baik secara langsung maupun melalui surat resmi sejak November lalu. Namun, permintaan untuk berdialog langsung dengan pihak perusahaan tak pernah ditanggapi.

 

“Yang kami sayangkan, perusahaan tidak pernah datang langsung ke sekolah. Kami sudah meminta agar mereka sosialisasi atau sekadar bersilaturahmi, tapi tidak pernah datang. Bahkan ketika kami mengusulkan agar jam operasional pabrik menyesuaikan waktu belajar anak-anak, mereka menolak dengan alasan tidak mungkin menghilangkan bau,” keluhnya.

 

Situasi yang tak kunjung membaik akhirnya memaksa sekolah mengambil langkah konkret dengan memindahkan seluruh kegiatan belajar ke balai desa. Keputusan ini juga mendapat dukungan penuh dari wali murid, yang sebagian mulai mengancam akan memindahkan anak-anak mereka ke sekolah lain.

 

“Kami sudah mencoba berbagai cara, seperti memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30, tapi bau tetap muncul sejak pukul 08.00. Para orang tua pun mulai resah, bahkan ada yang sudah mencari sekolah alternatif. Saat ini, 80 murid dari tiga kelas terpaksa belajar di balai desa,” ujarnya.

 

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Desa Sukowati, Amik Rohadi, mengambil langkah cepat dengan mempersilakan balai desa digunakan sementara untuk kegiatan belajar.

 

“Saya persilakan balai desa digunakan. Tapi persoalan utamanya tetap harus diselesaikan,” tegas Amik Rohadi. “Perusahaan perlu membangun komunikasi yang baik dengan warga. Jangan hanya menyediakan call center yang tidak direspons. Humas perusahaan seharusnya bisa langsung merapat ke pemdes untuk koordinasi. Ini justru tidak ada komunikasi sama sekali,” lanjut Amik.

 

Sementara itu, Humas PT STI Arif Abdullah atau akrab disapa Qobil, mengakui keberadaan bau, namun menegaskan bahwa semua proses produksi telah sesuai aturan.

 

“Kita tidak munafik, ya. Bau itu tetap ada. Tapi kita punya prosedur. Semua sudah diuji dan berada di bawah baku mutu”, Pungkasnya.

 

/Al

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *