Batara.News
PATI _: Wabah PMK (Penyakit Mulut dan kuku) memicu kepanikan di kalangan peternak sapi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ditambah belum adanya penanganan yang dianggap tepat oleh pemerintah. Mereka terpaksa menjual murah sapinya karena takut tertular PMK dan rugi lebih banyak.
Puluhan peternak sapi di Desa Sumberejo, Kecamatan Gunung Wungkal, Pati, Jawa Tengah mengalami kepanikan di tengah mewabahnya penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak. Sekitar 90 persen hewan ternak dari 200 lebih sapi milik warga kini terjangkit wabah PMK.
Mereka terpaksa menjual sapinya dengah harga murah, yakni 5 hingga 6 juta rupiah per ekor. Padahal harga normal sapi berkisar 20 juta rupiah per ekor. Peternak takut sapinya tertular virus PMK dan mengalami kerugian.
Akibat pandemi tersebut, menyebabkan tidak sedikit sapi hamil hingga keguguran. Bahkan ada juga janin sapi mati di dalam kandungan. Untuk mengatasi penyebaran wabah PMK ini, peternak juga mengkarantina sapi yang sudah kondisinya parah
Kepala Desa Sumberejo, Sururi, sempat merasa kebingungan mendapati wabah PMK yang merugikan warganya, yang beternak sapi. Dia kemudian meminta peternak di desanya untuk memberi asupan probiotik sebagai penambah imun bagi ternak dan menyempatkan eco enzym di lingkungan kandang.
Sementara, Pendamping Desa Sumberejo, Handoko mengungkapkan, pihaknya memberikan pelatihan secara mandiri terkait penanganan PMK. Pelatihan tersebut berisi pembuatan probiotic dan aplikasi Eco Enzyme. Mengingat, saat ini belum ditemukan obat yang tepat, untuk mengobati sapi yang terkena PMK. Maka peternak harus melakukan sterilisasi kandang.
Dijetahui, data dari Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Pati hingga pekan kemarin, sedikitnya ada 1.633 hewan ternak di Pati yang terindikasi terkena PMK. Dari jumlah itu, 690 hewan ternak dinyatakan sembuh, 11 ekor sapi mati, 9 sapi dipotong paksa dan 35 kerbau dipotong. Sedangkan sisanya masih dalam penanganan.
(*/Red)