Bulog Bojonegoro, Jawa Timur, bersama jajaran Aparat Penegak Hukum, dan Satuan Tugas (Satgas) Pangan setempat diminta bertanggungjawab atas anjloknya harga gabah kering hingga Rp 5.100 sampai 5.300 rupiah.
Dikatakan, Lulus Setiawan SH, Kordinator Organisasi Masyarakat Rejo Semut Ireng yang bergerak di bidang pertanian, anjloknya harga gabah di Bojonegoro disinyalir lantaran adanya permainan tengkulak dan minimnya pengawasan dari pihak stackeholder terkait.
“kami menyayangkan harga gabah yang hanya dibandrol Rp 5100-5300, padahal pemerintah sudah menetapkan harga gabah sebesar 6500.”ungkapnya. Kamis, 10 April 2025.
Atas kondisi itu, tokoh organisasi masyarakat yang mayoritas anggotanya berprofesi sebagai petani meminta kepada pemerintah segera mengatasi persoalan tersebut.
“Anggota Rejo Semut Ireng Bojonegoro 18.630 KK, itu real, mayoritas berprofesi sebagai petani yang tersebar diberbagai wilayah Bojonegoro. Oleh sebab itu, Perum Bulog Bojonegoro, Aparat Penegak Hukum Bojonegoro, Satgas Pangan Bojonegoro harus segera menindak lanjuti keadaan ini.” imbuhnya,
Lulus membeberkan, dari bulan januari sampai maret, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6500 turun menjadi Rp 6400 sampai 5800, dan di bulan april mulai kritis tinggal 5100 rupiah.
“Di bulan maret panen raya pertama menjelang lebaran saat bulan puasa harga gabah mulai turun drastis saat terdengar isu kabar Perum Bulog Bojonegoro tidak mengambil Gabah dari petani (Red: Penyerapan).” tuturnya,
Adanya permainan tengkulak dan oknum dari beberapa pihak, diduga Lulus, menjadi pemicu turunnya harga gabah di Bojonegoro.
“Di tengah kondisi ekonomi saat ini, kami berharap Bulog dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani.” tandasnya.
reporter :Ali sugiono